Minggu, 29 November 2009

RAMOND "CATATAN HITAM" PART 1

Kau mungkin tak tahu siapa aku bahkan kau mungkin tak mau tahu tentang diriku. Aku tak akan memberi tahu mu, jika ini bukan apa-apa. Dan aku tak akan memberikan langsung tentang diriku, kau cari sendiri, dalam setiap kata-kata yang akan aku ucapakan. Sebuah kisah yang akan membawamu kedalam masa laluku. Kisah ini yang telah membuat hidupku menjadi terkenal di jamanku. Bukan kisah yang indah, melainkan sebuah kisah tragis yang ku temui di rumah pacarku sendiri.
Berawal ketika aku ingin mengajaknya nonton film disuatu malam. Aku ingat malam itu adalah malam senin pertengahan oktober tahun1980. Aku duduk menunggunya di ruang tamu. Seorang pembantu tua datang menghampiriku, dia mengatakan bahwa shofie, pacarku dia tak mau keluar entah kenapa, beberapa kali pembantu itu mengetuk pintu kamarnya tak ada sahutan dari dalam. Aku menanya kan pada pembantu itu,apa yang dilakukan atau keadaan pacarku sebelum ia mengurung dirinya dalam kamar. Ia hanya mengatakan shofie terlihat murung sambil membawa selembar kertas surat. Seorang laki-laki yang selama ini ku tahu dia adalah adik shofie. Dia mengatakan kalau kakaknya sedang sedih karena tak diizinkan oleh ibunya untuk pacaran. Aku pun prihatin ternyata dirinya tak mendapat izin dari orang tuanya. Aku ingin hiburnya, sebenarnya aku sanggup menunggunya sampai ia di izinkan untuk memiliki ku. Tapi apa yang kudapat, baru saja aku sampai di depan kamarnya, aku dikejutkan oleh tangisan kakak shofie, serta shofie yang jasadnya tertunduk di meja belajar dalam kamarnya. Darah mengalir deras dipergelangannya. “ia bunuh diri”
Tunggu dulu, aku melihat ada kejanggalan pada jasad shofie, ini bukan bunuh diri, pasti ada yang merencanakan ini semua. Tak mungkin bila ia bunuh diri sampai rambutnya berantakkan begini. Dan pintu kamarnya pasti dikunci. Ini adalah pembunuhan, tapi siapa yang membunuh? Harus ku selidiki sendiri. Aku harus menahan mereka, jangan ada yang mencoba untuk melapaorkannya pada siapa pun apalagi polisi. Karena jikalau mereka tahu, mereka akan secepat mungkin menyelesaikan kasus ini. Tak akan ada penyelidikan yang sempurna.
Tapi mereka semua tidak setuju dengan apa yang aku sarankan, dan memarahi ku karena aku telah menuduh salah satu dari mereka ada yang membunuh shofie.
“ apa kau sudah gila, menuduh kami yang sangat menyayanginya membunuhnya begitu saja ?” seorang laki-laki setengah baya yang tak kusadari kehadirannya, memarahiku. Dia adalah tukang kebun yang sangat buruk, tak pernah ada yang beres dari pekerjaan nya.
“ kalian yang harusnya berfikir, teganya kalian melihat orang yang kalian sayangi terbunuh, dan kalian mengamgapnya begitu saja.” Aku membela diri dan mencoba tuk meluluhkan hati mereka.
“ dia tidak dibunuh, dia itu bunuh diri, “ teriak sella, kakaknya shofie, mata nya terus saja basah. Dan tangisnya semakin nyaring.
“ tidak, dia itu dibunuh, coba kalian lihat mungkinkah orang yang ingin bunuh diri menacak-acak rambutnya dan lagi pula pintu tak dikunci sedangkan ia tak ingin ada yang menghalanginya.” Jelas ku , keringat mulai membasahi pakaian ku. Sebisa mungkin aku menciba untuk bersabar, agar tak terjadi masalah yang lebih besar lagi.
“ apakah kau bisa menunjukan siapa yang membunuhnya, bila kau bisa, biktikan!” tantang Justin. Kemarahan terpampang jelas diwajahnya.
“ baik, akan ku buktikan, tapi aku butuh waktu, aku butuh cerita kalian dimana kalian berada, dan apa yang kalian lakukan setengah jam sebelum di temukannya jasad shofie. Aku membutuhkannya, dan akan ku kucocokkan semua bukti dengan cerita kalian.” Jawabku tegas, aku tak ingin mereka tak setuju dengan semua saranku. Karena aku inginkan semua alibi mereka. Ya alibi.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails